Di tengah deretan jajanan kaki lima yang menjamur di berbagai sudut kota, bakso bakar menjadi salah satu primadona yang tak lekang oleh waktu. Aroma asap yang mengepul dari arang, suara letupan daging yang dibakar, serta semerbak bumbu kecap pedas manis yang meresap ke dalam setiap tusuk bakso, menjadi daya tarik yang sulit ditolak. Tapi di balik kenikmatannya, muncul satu pertanyaan klasik: “Sebenarnya, ini daging apa?”
Bakso bakar khas kaki lima biasanya dijajakan dengan gerobak sederhana. Pedagangnya berdiri di dekat bara api, dengan kipas manual di tangan, menyulut api agar bakso tetap panas dan mengilat. Satu tusuk biasanya berisi 4-5 bulatan bakso, yang kemudian dicelupkan ke dalam bumbu khusus, lalu dibakar hingga permukaannya agak gosong dan mengeluarkan aroma menggoda. Ditambah saus sambal, mayones, atau serutan keju instan, lengkap sudah jajanan favorit sejuta umat ini.
Namun, isu soal keaslian bahan daging pada bakso bakar pinggir jalan bukan hal baru. Tak sedikit yang mempertanyakan, apakah benar bulatan bakso itu terbuat dari daging sapi murni? Atau mungkin hanya campuran tepung, lemak, dan daging misterius? Meskipun tidak ada bukti pasti raja zeus slot dalam setiap gerobak, kekhawatiran ini kerap muncul karena harganya yang sangat murah. Tusukannya bisa dijual mulai dari Rp2.000 saja—angka yang sulit dipercaya jika benar-benar menggunakan daging berkualitas.
Meski begitu, daya tarik bakso bakar tidak surut. Justru, bagi banyak orang, makan bakso bakar bukan semata soal rasa, tapi juga soal rasa nostalgia. Bagi generasi 90-an dan awal 2000-an, bakso bakar sering jadi teman setia saat pulang sekolah. Makan bareng teman di trotoar, rebutan tusuk, atau minta ekstra saus sambal sambil bercanda gurau—semua itu jadi bagian dari kenangan yang tak tergantikan.
“Saya tahu mungkin bukan daging sapi asli, tapi rasanya itu lho, ngingetin masa kecil banget. Bumbunya meresap, terus teksturnya kenyal-kenyal khas bakso gerobakan. Kalau pas lagi kangen zaman sekolah dulu, ya pasti cari bakso bakar,” ujar Rani, seorang pegawai kantoran yang masih rutin jajan di gerobak langganannya.
Beberapa pedagang pun sadar akan sorotan soal bahan. Beberapa mulai terbuka, menyebutkan campuran bakso mereka adalah daging ayam dan tepung tapioka, bukan daging sapi murni. Sebagian lainnya mencoba meningkatkan kualitas tanpa menghilangkan cita rasa khas bakso bakar jalanan.
Menariknya, bakso bakar kini tidak hanya eksis di jalanan, tapi juga mulai naik kelas. Banyak kafe dan kedai kekinian menyajikan versi “gourmet” dari bakso bakar dengan daging sapi asli, bumbu rumahan, dan penyajian estetik. Tapi tetap saja, banyak yang bilang, tak ada yang bisa mengalahkan sensasi makan bakso bakar pinggir jalan—yang meski sederhana, penuh cita rasa masa lalu.
BACA JUGA: Mochi Donut dengan Topping Khas Nusantara: Perpaduan Tekstur Kenyal dan Rasa Tradisional